INDOPROPERTYNEWS.COM – Pengusaha saat ini sedang bersiap untuk mendukung program pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, yang menargetkan pembangunan 3 juta rumah setiap tahunnya. Salah satu sektor yang akan sangat dibutuhkan dalam program ini adalah industri keramik.
“Kita kalikan saja rumah tipe 36. 3 juta x 36 meter persegi, artinya kurang lebih ada kebutuhan baru 110 juta meter persegi per tahun. Jadi bagi kami, 110 juta meter persegi per tahun itu setara dengan 15% dari total kapasitas kami,” ujar Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) Edy Suyanto di kantor Kemenperin, Selasa, 22 Oktober 2024.
Saat ini, utilisasi industri dalam negeri diproyeksikan tumbuh sebesar 67-68% tahun ini. Namun, pengusaha optimis untuk tahun depan, dengan target utilisasi mencapai 80-85%. Optimisme ini muncul karena pemerintah telah menerapkan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) atas keramik ubin asal China, yang mulai berlaku pada 24 Oktober 2024.
“Di tahun 2026, kami menargetkan utilisasi mencapai 90%, ini akan membawa kami kembali ke masa kejayaan industri keramik pada 2012-2013, di mana utilisasi bisa di atas 90%. Artinya, begitu semua program pemerintah ini berjalan, termasuk IKN, ASAKI sudah siap untuk ekspansi kapasitas. Kami tidak hanya siap untuk penuh kapasitas, tetapi juga berencana menambah minimal 75-100 juta meter persegi per tahun, sehingga total utilisasi akan mencapai 725 juta meter persegi,” kata Edy.
BACA JUGA: Permintaan Para Bos Properti untuk Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman
“Saat ini kami memiliki kapasitas 625 juta. Jadi kami akan menambah setidaknya 75 juta meter persegi tambahan, tergantung pada apakah semua katalis positif yang saya sebutkan berjalan dengan baik,” lanjutnya.
Keyakinan untuk menambah kapasitas produksi hingga 700 juta meter persegi didorong oleh potensi tambahan 110 juta meter persegi dari proyek pembangunan 3 juta rumah oleh Prabowo, serta proyek IKN yang juga membutuhkan banyak keramik.
“Jika kita membagi 700 juta meter persegi dengan jumlah penduduk 280 juta, konsumsi per kapita kita hanya sekitar 2,5-2,6 meter persegi. Kita masih jauh di bawah Malaysia dan Thailand, di mana rata-rata konsumsi mereka sudah 3,5 meter persegi per kepala. Vietnam sudah 5 meter persegi, dan China bahkan 6 meter persegi per kepala. Ini menunjukkan bahwa peluang kita sangat besar,” jelasnya.
Namun, potensi besar ini jangan sampai menjadikan pasar domestik terancam oleh produk impor. Edy menekankan bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan produksi dan konsumsi dalam negeri.
BACA JUGA: Peletakan Batu Pertama Pembangungan Rumah Rakyat dari Menteri PKP Diundur Esok Hari
“Di China, kapasitas terpasang mereka mencapai 13 miliar meter persegi per tahun. Tidak heran jika negara lain dibanjiri impor, karena mereka mengalami oversupply dan overcapacity,” tambah Edy.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto berencana untuk membangun 15 juta rumah selama periode kepresidenannya dari 2024 hingga 2029, dengan langkah bertahap, yaitu 3 juta rumah per tahun.
“Setelah mempelajari kebutuhan perumahan, kami menyadari bahwa perlu ada pendanaan yang besar. Kami bukan hanya akan membangun 3 juta per periode, tetapi 3 juta per tahun, jadi total selama lima tahun menjadi 15 juta. Prabowo menargetkan 2×15 juta, jadi totalnya 30 juta,” kata Ketua Satgas Perumahan Hashim Djojohadikusumo dalam Executive Dialogue Propertinomic Real Estate Indonesia (REI) di Jakarta, minggu lalu, 10 Oktober 2024.
“Kami sangat ambisius dan harus memasang target tinggi. Dengan target 15 juta, jika kami bisa mencapai 11 juta, itu sudah memuaskan, dan jika bisa 16 juta, itu di atas ekspektasi,” tambahnya.
Dari total 3 juta unit rumah yang akan dibangun, semuanya akan tersebar tidak hanya di kota, tetapi juga di desa. Hashim juga menyebutkan bahwa beberapa negara telah menunjukkan minat untuk berpartisipasi dalam pembangunan 1 juta hunian di perkotaan, di antaranya adalah Qatar dan China.***